Saturday, February 22, 2020

5 Dampak Masalah Lingkungan Yang Paling Serius Di Dunia

5 Dampak Masalah Lingkungan Yang Paling Serius Di Dunia - Seberapa besar kepedulian Anda terhadap lingkungan? Padahal secara langsung manusia sangat tergantung dengan kelangsungan hidup lingkungan di sekitarnya.

Tidak ada manusia yang sanggup hidup dengan suhu udara yang sangat dingin dan juga tidak ada manusia yang bisa bertahan lama dengan suhu udara yang sangat panas. Namun berapa banyak orang yang sangat peduli dengan sampah?

Seharusnya semua orang mulai menyadari bahwa masalah lingkungan kini semakin serius, pencemaran air, pencemaran udara, banyak spesies hewan yang punah karena habitatnya rusak, banyak juga beberapa mikroba yang bermutasi menjadi hewan kecil yang mengancam nyawa.

Jika selama ini Anda merasa hidup di lingkungan yang bersih dan aman, pikirkan bagaimana jika bagian dunia yang sudah sangat berpolusi dengan lingkungan yang sangat berbahaya semakin hari semakin bergeser mendekati tempat Anda tinggal? Bukan tidak mungkin, jika pencemaran dan perusakan lingkungan tak dapat dikendalikan lagi.

Sebaiknya Anda membaca beberapa info berikut ini tentang masalah lingkungan. Mungkin akan sedikit bisa membuka mata Anda, seperti dilansir dari listverse.com.

Burung albatross mati karena plastik


Ke mana aliran sungai berakhir? Di laut, jawaban ini sangat tepat juga dibenarkan ketika akhirnya di laut banyak ditemukan tumpukan sampah plastik yang menggunung.

Ketika banyak orang sedang berlibur ke pantai, di mana sampah mereka berakhir? Tentu saja tetap berserakan di pantai. Ini menjadi mimpi buruk bagi elang jenis Albatross. 22 spesies elang laut yang ada di dunia dikabarkan 17 spesies dinyatakan punah. Apa yang terjadi? Tumpukan sampah yang berserakan dan menyatu dengan laut, tak dapat dibedakan lagi dibedakan ketika hewan-hewan ini merasa kelaparan.

Bahkan ditemukan seekor elang laut yang mati ketika dibelah ternyata di leher dan perutnya berisi sampah plastik. Kenyataan ini sungguh memprihatinkan. Bahkan banyak hewan yang tidak ikut mencemarkan lingkungan juga menjadi korban.

Di sebuah pulau terpencil seperti Midway Atoll, para ilmuwan menemukan 97,5 persen anak ayam menelan plastik di dalam perut mereka. Kemudian dari 500.000 burung Albatross, 200.000 ekor mati karena mengalami kelaparan dan dehidrasi. Sampah laut juga bertambah ketika banyak kapal berlayar yang sama sekali tidak memikirkan kesehatan lingkungan laut.

Orangutan terancam punah


Banyak yang mulai melirik keadaan satwa di Indonesia terutama orangutan. Pembibitan kelapa sawit rupanya semakin liar hingga tidak mempedulikan bagaimana banyak satwa yang berlindung di sana untuk bertahan hidup.

Banyak petani yang kemudian tergiur menyerahkan lahannya untuk ditanami kelapa sawit sebagai bisnis yang menjanjikan di Asia Tenggara. Di Kalimantan dan Sumatra misalnya, benteng terakhir kehidupan satwa liar seperti orangutan juga tak luput dijadikan ladang potensial untuk kelapa sawit.

Ketika para petani sedang melakukan pembabatan hutan dan menemukan orangutan. Tak pikir panjang lagi, maka nyawanya akan berakhir di tangan orang-orang ini. Kini orangutan semakin mengalami penurunan dalam jumlah populasinya.

Seiring dengan lahan hijau yang terlihat tandus atau hanya ladang-ladang luas yang membentang, membuat suhu udara semakin terasa panas. Memang kelapa sawit menjadi bahan ekspor yang cukup menjanjikan. Namun apakah semuanya harus demi keuntungan dan melupakan kesejahteraan makhluk hidup lainnya?

Limbah obat-obatan


Ketika urine manusia yang mengandung obat-obatan masuk ke pengolahan limbah, dampaknya ternyata sangat mencengangkan. Para ilmuwan menemukan bahwa jejak kimia yang masuk ke perairan, membawa dampak serius bagi ekosistem yang tinggal di perairan.

Peningkatan katak yang menjadi hermaprodit semakin tinggi, sehingga populasi katak juga ikut menurun. Selain itu rasio gender ikan juga tidak seimbang. Produk obat-obatan terutama yang mengandung estrogen bisa menghambat perkembangan reproduksi dan sistem endokrin hewan.

Herb Buxton dari USGS Toxic Substances Hydrology Program menemukan 95 jenis jejak kimiawi obat yang diproduksi oleh industri obat-obatan. Selain itu dinyatakan bahwa 80 persen perairan di dunia mengandung limbah obat-obatan.

Kucing dan burung kenari


Jika mungkin selama ini Anda memperhatikan kucing bermusuhan dengan burung kenari di berbagai komik atau film animasi, kenyataan yang terjadi di Amerika Utara ternyata lebih mengerikan lagi.

Sebagian besar burung kenari kehilangan nyawa mereka karena menjadi santapan kucing. Bahkan angka yang ditunjukkan sangat mengerikan. Kucing liar atau kucing yang bebas berkeliaran di jalanan mengakibatkan 1,4-3,7 juta burung menjadi santapan kucing.

Sehingga semakin bertambahnya populasi kucing, maka kesempatan hidup burung kenari juga semakin kecil. Jika seseorang memutuskan untuk memelihara kucing, sebaiknya besarkan dan rawat kucing seperti layaknya Anda merawat dan menyayangi anggota keluarga. Menekan pertumbuhan kucing liar kini juga menjadi PR besar bagi pemerhati lingkungan.

Predator menurun, ekosistem juga terpuruk


Jika selama ini predator dianggap mengganggu ekosistem binatang tertentu, yang ditemukan oleh para peneliti ternyata berkata lain. Predator memiliki peranan yang juga sangat penting di dalam ekosistem dan kelangsungan rantai makanannya.

Ketika predator menjalankan aksinya untuk berburu mangsa, fungsi mereka mulai berjalan dengan mengurangi binatang yang mungkin dalam keadaan sakit sehingga tidak menular di ekosistemnya, kemudian juga mendistribusikan nutrisi yang mereka peroleh dari mangsanya menjadi bentuk energi lainnya.Di Yellowstone National Park, penurunan jumlah serigala sebagai pemangsa rusa, justru juga mengakibatkan penurunan jumlah rusa.

Nah, itulah 5 Dampak Masalah Lingkungan Yang Paling Serius Di Dunia. Sudah saatnya Anda peka untuk kelangsungan hidup di sekitar Anda.Berawal dari langkah kecil untuk memulai memperhatikan lingkungan di sekitar rumah Anda, mungkin akan menjadi ribuan langkah penyelamatan dunia akibat limbah sampah dan dampak berbagai pencemaran.

Pilkada Serentak 2020 Bukan Memilih Kucing Dalam Karung

ilustrasi

Perna dengar petuah bijak: “Jika kamu tidak sanggup menahan lelahnya BELAJAR, maka kamu harus mampu menanggung perihnya KEBODOHAN”..... yaa, petuah ini disampaikan oleh seorg Imam besar, Imam Syafii. Petuah salah satu Imam besar ini sangatlah visioner dan masih sangat relevan untuk saat ini.
Di tengah masyarakat yang sangat pragmatis, petuah ini hampir tidak berguna. Pada situasi ini, harapan kita bertumpu pada pengambil kebijakan. Namun, akankah lahir pengambil kebijakan yg visoner di tengah masyarakat yg pragmatis di era Demokrasi. Kita berada dalam situasi yang kontradiktif (bertentangan). Jika thesis bahwa: Pemimpin yang visoner, lahir dari pemilih yang visioner, maka bersiap2lah untuk menutup harapan lahirnya kepemimpinan yg visioner dalam masyarakat yang pragmatis.
Tulisan di bawah adalah gambaran sebuah kepemimpinan yg visoner, yg sesuai dengan petuah bijak Imam Syafii. Negara yg mungkin bagi kita jauh dari sebutan negara muslim, tp sangat menerapkan prinsip bernegara yg sangat menjunjung nilai2 baik, sesuai yang yg muslim ketahui.
Pada 2013, peneliti bernama Scheherazade S Rehman dan Hussein Askari, keduanya berasal dari George Washington University dengan judul penelitian “How Islamic Are Islamic Countries.” Hasilnya mencengangkan sekali, mereka menyebut New Zealand sebagai Negara paling Islami sedunia di urutan pertama dan posisi Indonesia berada pada urutan ke-140 dari 208 negara yang diteliti. Ajaran dasar Islam yang dijadikan indicator dimaksud diambil dari Al-Qur’an dan Hadits, dikelompokkan menjadi lima aspek. Pertama, ajaran Islam mengenai hubungan seseorang dengan Tuhan dan hubungan sesame manusia.
Kedua, system ekonomi dan prinsip keadilan dalam politik serta kehidupan social. Ketiga, system perundang-undangan dan pemerintahan. Keempat, hak asasi manusia dan hak politik. Kelima, ajaran Islam berkaitan dengan hubungan internasional dan masyarakat non-Muslim.
Namun, yg menggugah akal-sehat saya adalah tentunya New Zealand sedang tdk membangun nilai2 itu dgn memperlajari Islam. Melainkan, ada nilai2 kebaikan universal yang menjadi acuan, dan nilai2 baik universal ini, adalah kebaikan yg sama dalam Islam, atau juga agama2 yg lain. Terus, kenapa bukan kita atau negara kita yg sejak kecil kita telah diajari membaca kitan suci? Ada yg perlu kita perbaiki, bukan dgn mencari siapa yg salah.
Kembali ke tulisan di bawah. Pendidikan itu adalah investasi. Hasilnya tidak dinikmati seperti kita membuat sebuah mie instant. Pendidikan butuh dedikasi, kesebaran, komitmen, perencanaan, indikator2 terukur dan target yg jelas. Akankah sebuah kebijakan memberi makan siang gratis pada anak2 sekolah berdampak pada kemajuan sebuah negara? Jika jangkauan berpikir kita hanya pada level makanan masuk kemulut sampai safety-tank, maka jelas itu tdk akan berdampak. Atau malah dianggap menghambur2kan uang, atau dianggap “proyek tulang”, bukan “proyek daging”.
Tapi, sudah lah.... Terlalu jauh jika mungkin kita mengambil contoh New Zealand seperti tulisan di bawah ini, karena kebanyakan penduduk negeri +62 ini hanya tertarik dgn keindahan alam negara itu sebagai destinasi liburan. Kita mulai saja dgn buku pelajaran yang dibebankan ke orang tua, yg setiap tahunnya berganti nama penerbit demi menikmati diskon penerbit baru 20-30% yang entah dinikmati oleh siapa. Jika masalah buku saja blom bisa dinikmati gratis oleh pelajar, jangqn berharap jangkauan berpikir pengambil kebijakan udah sampai pd level memberi makan siang gratis kepada para pelajarnya.
Tutup harapanmu tentang kemajuan masa depan, jika cara berpikir kita tidak perna berubah. Kau maksimalkan otak dan tenagamu hanya krn tuntutan entitas politik yg tdk berpihak, hanya menjadikan dirimu menjadi bagian rusaknya masa depan.